Selasa, 15 Juli 2025

Menemukan Makna Kehidupan dalam Tiupan Angin: Kajian Tafsir Surah Adz-Dzariyat bersama K.H. Muh. Izuddin Zakki

KAJIAN TAFSIR SURAT ADZ-DZARIYAT

Bersama K.H. Muh. Izuddin Zakki
(Pengasuh Ponpes Al-Falah Kedunglurah, Trenggalek)

Pada suatu malam yang sejuk, di serambi Masjid Al-Falah Kedunglurah, para santri berkumpul dalam suasana khidmat. Malam itu, mereka mendapatkan limpahan ilmu dari Pengasuh Pondok Pesantren Al Falah Kedunglurah, yaitu bapak K.H. Muhammad Izuddin Zakki. Dengan penuh hikmah dan kedalaman ilmu, beliau menyampaikan kajian tafsir Surat Adz-Dzariyat berdasarkan Tafsir Jalalain, salah satu kitab tafsir klasik yang menjadi rujukan utama di pesantren-pesantren Ahlussunnah wal Jamaah.


Mukadimah: Hakikat Hidup dan Tugas Manusia

Kiai Izuddin membuka kajian dengan muqaddimah yang menyentuh hati:

“Hidup ini seperti angin yang berhembus. Kadang terasa, kadang tak terlihat, tapi dampaknya nyata. Demikianlah manusia, jika hidupnya diisi dengan ibadah dan keikhlasan, walau tak selalu dilihat, pahalanya tetap mengalir.”


Makna “Adz-Dzariyat” dan Ayat Pembuka

Kiai Zakki menjelaskan bahwa Adz-Dzariyat berarti “angin yang menerbangkan”. Dalam ayat pertama:

وَالذَّارِيَاتِ ذَرْوًا

 “Demi angin yang menerbangkan (debu) dengan kuat,”

Menurut Tafsir Jalalain, yang dimaksud dengan "adz-dzariyat" adalah angin yang Allah ciptakan untuk membawa perintah-Nya, menggerakkan alam, dan menjadi perantara rezeki. Kiai Izuddin mengingatkan, angin adalah simbol kekuasaan Allah — tak terlihat namun besar pengaruhnya. Ini mengajarkan manusia untuk tidak sombong dan menyadari kecilnya dirinya di hadapan Sang Pencipta.


Sumpah Demi Ciptaan-Nya: Tanda Kekuasaan Allah

Kiai Izuddin menguraikan ayat-ayat berikutnya sebagai rangkaian sumpah Allah:

فَالْحَامِلَاتِ وِقْرًا 

“Dan awan-awan yang mengandung (air hujan).”

فَالْجَارِيَاتِ يُسْرًا 

“Dan kapal-kapal yang berlayar dengan mudah.”

فَالْمُقَسِّمَاتِ أَمْرًا 

“Dan (malaikat) yang membagi-bagi urusan.”

Semua ini, lanjut beliau, adalah simbol pengaturan tartib ilahi (aturan ilahi) dalam kehidupan. Langit, awan, kapal, dan malaikat adalah tentara Allah yang bergerak sesuai perintah-Nya. Manusia pun seharusnya menyadari bahwa kehidupannya pun harus teratur, tertib, dan tunduk pada aturan ilahi.


Tujuan Penciptaan: Ibadah sebagai Hakikat Hidup

Salah satu titik fokus utama tafsir malam itu adalah ayat ke-56:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ 

“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”

Dengan penuh kelembutan, Kiai Izuddin menegaskan:

“Hidup bukan sekadar makan, kerja, atau sekadar kesenangan. Tujuan utama kita adalah ‘liya’buduun’ – untuk menyembah Allah. Tafsir Jalalain menyebutkan: ‘Ayy li yuwahhidun – yaitu supaya mereka mentauhidkan Allah.’ Jadi, hakikat ibadah itu bukan hanya gerakan, tapi pengakuan akan tauhid yang sejati.”

Beliau juga mengingatkan bahwa ibadah itu luas, tidak hanya shalat, tapi juga menuntut ilmu, bekerja dengan jujur, menolong sesama, dan berbakti kepada orang tua.


Ancaman Bagi Pendusta dan Janji untuk Orang Bertakwa

Dalam ayat 15-19, Allah menyebutkan bahwa orang-orang yang bertakwa akan berada dalam taman-taman surga. Mereka selalu berbuat baik di dunia, bangun malam, memohon ampun, dan menginfakkan hartanya.

Kiai Izuddin menekankan bahwa kunci keberkahan hidup adalah taqwa dan kesungguhan dalam amal. Dalam tafsir Jalalain, dijelaskan bahwa orang-orang yang bertakwa bukan hanya takut kepada Allah, tapi juga menjaga hak-hak sesama makhluk.


Penutup: Refleksi dan Motivasi

Menutup kajian, Kiai Izuddin Zakki mengajak seluruh santri dan jamaah untuk menjadikan surat Adz-Dzariyat ini sebagai renungan kehidupan:

“Hidup ini pendek, seperti debu yang diterbangkan angin. Tapi kalau hidup ini diisi dengan ibadah, maka walau ringan seperti debu, ia akan naik ke langit sebagai amal yang berat di timbangan.”

Beliau juga menyitir pesan dari Imam Al-Ghazali:

“Waktu adalah kehidupan. Siapa yang menyia-nyiakan waktunya, maka dia telah menyia-nyiakan seluruh hidupnya.”


Akhir Kajian: Doa dan Harapan

Kajian ditutup dengan doa khusyuk yang dipimpin langsung oleh beliau, memohon agar Allah menjadikan kita semua hamba-hamba yang istiqamah dalam ibadah, teguh dalam tauhid, dan tulus dalam pengabdian.


Semoga kajian ini menjadi lentera hati bagi para pencari ilmu dan pengingat bahwa setiap hembusan angin, setiap detak waktu, adalah panggilan untuk kembali pada tujuan utama: beribadah kepada Allah SWT.



Diolah Oleh : Tim Media YPP Al Falah Kedunglurah
.
Share:

"Kebutuhan manusia terhadap ilmu jauh lebih besar daripada kebutuhannya terhadap makan dan minum karena makanan dan minuman hanya dibutuhkan sekali atau dua kali saja dalam sehari, sedang ilmu, dibutuhkan dalam setiap embusan napas"

"Tahapan pertama dalam mencari ilmu adalah mendengarkan, kemudian diam dan menyimak dengan penuh perhatian, lalu menjaganya, lalu mengamalkannya dan kemudian menyebarkannya." - Sufyan bin Uyainah

Bagi Bapak/Ibu Dewan Asatidz, Asatidzah, Wali Santri, Alumni atau Santri yang ingin menulis Artikel, Opini, Berita, Puisi, Khutbah (atau karya lainnya) dan menghendaki di PUBLIKASIKAN di Website YPP Al-FALAH ini, bisa dikirimkan melalui Email : yppalfalahkedunglurah@gmail.com. Terima Kasih

Informasi PPDB Tahun 2025

Informasi Penerimaan Calon Peserta Didik Baru YPP Al-Falah Tahun 2025

INFORMASI Penerimaan Calon Peserta Didik Baru Tahun Ajaran 2025/2026 Assalamu’alaikum Wr. Wb. Yayasan Pondok Pesantren AL-FALAH Kedunglurah ...

Terjemahkan

Kajian Kitab Kuning

Maqalah Imam Syafi'i

"Orang yang pandai akan bertanya tentang apa yang ia ketahui dan tidak ia ketahui. Dengan menanyakan apa yang ia ketahui, maka ia akan semakin mantap, dan dengan menanyakan apa yang belum ia ketahui, maka ia akan menjadi tahu. Sementara orang bodoh itu meluapkan kemarahannya karena sulitnya ia belajar, dan ia tidak menyukai pelajaran."