Rangkaian Harlah & Haul Akbar Ponpes Al Falah Ploso 3-5 Juli 2025
Acara haul biasanya akan dibacakan silsilah pondok pesantren
secara runtut dari generasi ke generasi baik secara keilmuan atau hubungan
darah.
Sementara harlah kali ini merupakan peringatan lahirnya Ponpes
Al Falah Ploso Kediri. Berdasarkan catatan sejarah, Ponpes Al Falah Ploso
Kediri didirikan pada pada tanggal 1 Januari 1925 oleh Kyai Djazuli.
Haul Ponpes Al Falah Ploso Kediri memperingati sejumlah tokoh
yang berasal dari pondok pesantren tersebut. Di antaranya KH. Achmad Djazuli
Utsaman (ke-51), Nyai Hj Rodliyah Djazuli (ke-30), dan KH. Ahmad Zainuddin
Djazuli (ke-4).
Kemudian KH. Chamim Djazuli (ke-33), KH. Fuad Mun’im Djazuli
(ke-5), KH. Munif Djazuli (ke-14), dan KH. Mahfudz Siroj (ke-17).
Berikut rangkaian harlah dan haul akbar Ponpes Al Falah Ploso
pada 3-5 Juli 2025:
- Kamis, 3 Juli 2025: parade Hadroh Ishari dihadiri enam ribu jamaah se-Jawa Timur (di halaman Ponpes Al Falah Ploso Kediri).
- Jumat, 4 Juli 2025: Puncak Haul Akbar 2025 dan closing ceremony harlah 100 tahun (di Pendopo Ponpes Al Falah Ploso Kediri).
- Sabtu, 5 Juli 2025: Istighosah Kubro diikuti seluruh santri (di Pendopo Ponpes Al Falah Ploso Kediri).
Kisah Singkat Kiai Djazuli Pendiri Ponpes Al Falah
Ponpes Al Falah Ploso Kediri didirikan oleh Kiai Djazuli dan
Nyai Rodliyah. Pondok dirintis pada tahun 1924 di sebuah masjid. Setidaknya ada
12 santri yang turut
mengaji bersama Kiai Djazuli pada awal pendirian.
Kemudian, pada 1 Januari 1925, Kyai Djazuli mengajukan surat
permohonan pemantauan kepada pemerintah Belanda untuk lembaga baru yang
kemudian dikenal dengan nama Al Falah.
Ponpes Al Falah Ploso Kediri berperan pada masa sebelum
kemerdekaan. Pada masa penjajahan Jepang, Kyai Djazuli ditunjuk sebagai Sancok
(Camat) untuk melakukan propaganda 3A dengan semboyan Nippon cahaya Asia,
Nippon pelindung Asia, dan Nippon pemimpin Asia.
Kyai Djazuli menerima jabatan dengan terpaksa. Namun, Kyai
Djazuli tidak menjalankan perintah Jepang, melainkan menyampaikan dakwah Islam
kepada masyarakat.
Setelah diangkat menjadi Sancok, Kyai Djazuli dipindah tugaskan
ke Pare, sebagai ketua parlemen (Ketua DPRD). Jepang juga memasukkan Kyai
Djazuli dalam daftar KAMIKAZE (Pasukan berani mati).
Mendengar kabar tersebut, para santri melindungi Kyai Djazuli.
Pada tahun 1948, Kyai Djazulidan para santri ikut berjuang menghadapi Belanda
saat melancarkan agresi militer.
Kiai Djazuli dengan Ibu Nyai Rodliyah dikaruniai 8 putra dan 3
putri. Berikut daftarnya:
- Siti Azizah (meninggal usia 1 thn)
- Hadziq (meninggal usia 9 bln)
- Zainuddin Djazuli
- Nurul Huda Djazuli
- Hamim Djazuli (Gus Miek)
- Fuad Mun’im Djazuli
- Mahfudz (meninggal usia 3 thn)
- Makmun (meninggal usia 7 bln)
- Munif Djazuli (Alm)
- Ibu Nyai Hj. Lailatul Badriyah Djazuli
- Su’ad (meninggal usia 4 bln).
Sumber
: Tirto.ID