Rabu, 02 Juli 2025

Rangkaian Harlah & Haul Akbar Ponpes Al Falah Ploso 3-5 Juli 2025

 

Rangkaian Harlah & Haul Akbar Ponpes Al Falah Ploso 3-5 Juli 2025

Acara haul biasanya akan dibacakan silsilah pondok pesantren secara runtut dari generasi ke generasi baik secara keilmuan atau hubungan darah.
 
Sementara harlah kali ini merupakan peringatan lahirnya Ponpes Al Falah Ploso Kediri. Berdasarkan catatan sejarah, Ponpes Al Falah Ploso Kediri didirikan pada pada tanggal 1 Januari 1925 oleh Kyai Djazuli.
 
Haul Ponpes Al Falah Ploso Kediri memperingati sejumlah tokoh yang berasal dari pondok pesantren tersebut. Di antaranya KH. Achmad Djazuli Utsaman (ke-51), Nyai Hj Rodliyah Djazuli (ke-30), dan KH. Ahmad Zainuddin Djazuli (ke-4).
 
Kemudian KH. Chamim Djazuli (ke-33), KH. Fuad Mun’im Djazuli (ke-5), KH. Munif Djazuli (ke-14), dan KH. Mahfudz Siroj (ke-17).
 
Berikut rangkaian harlah dan haul akbar Ponpes Al Falah Ploso pada 3-5 Juli 2025:
  1. Kamis, 3 Juli 2025: parade Hadroh Ishari dihadiri enam ribu jamaah se-Jawa Timur (di halaman Ponpes Al Falah Ploso Kediri).
  2. Jumat, 4 Juli 2025: Puncak Haul Akbar 2025 dan closing ceremony harlah 100 tahun (di Pendopo Ponpes Al Falah Ploso Kediri).
  3. Sabtu, 5 Juli 2025: Istighosah Kubro diikuti seluruh santri (di Pendopo Ponpes Al Falah Ploso Kediri).
 

Kisah Singkat Kiai Djazuli Pendiri Ponpes Al Falah

Ponpes Al Falah Ploso Kediri didirikan oleh Kiai Djazuli dan Nyai Rodliyah. Pondok dirintis pada tahun 1924 di sebuah masjid. Setidaknya ada 12 santri yang turut mengaji bersama Kiai Djazuli pada awal pendirian.
 
Kemudian, pada 1 Januari 1925, Kyai Djazuli mengajukan surat permohonan pemantauan kepada pemerintah Belanda untuk lembaga baru yang kemudian dikenal dengan nama Al Falah.
 
Ponpes Al Falah Ploso Kediri berperan pada masa sebelum kemerdekaan. Pada masa penjajahan Jepang, Kyai Djazuli ditunjuk sebagai Sancok (Camat) untuk melakukan propaganda 3A dengan semboyan Nippon cahaya Asia, Nippon pelindung Asia, dan Nippon pemimpin Asia.
 
Kyai Djazuli menerima jabatan dengan terpaksa. Namun, Kyai Djazuli tidak menjalankan perintah Jepang, melainkan menyampaikan dakwah Islam kepada masyarakat.
 
Setelah diangkat menjadi Sancok, Kyai Djazuli dipindah tugaskan ke Pare, sebagai ketua parlemen (Ketua DPRD). Jepang juga memasukkan Kyai Djazuli dalam daftar KAMIKAZE (Pasukan berani mati).
Mendengar kabar tersebut, para santri melindungi Kyai Djazuli. Pada tahun 1948, Kyai Djazulidan para santri ikut berjuang menghadapi Belanda saat melancarkan agresi militer.
 
Kiai Djazuli dengan Ibu Nyai Rodliyah dikaruniai 8 putra dan 3 putri. Berikut daftarnya:
  1. Siti Azizah (meninggal usia 1 thn)
  2. Hadziq (meninggal usia 9 bln)
  3. Zainuddin Djazuli
  4. Nurul Huda Djazuli
  5. Hamim Djazuli (Gus Miek)
  6. Fuad Mun’im Djazuli
  7. Mahfudz (meninggal usia 3 thn)
  8. Makmun (meninggal usia 7 bln)
  9. Munif Djazuli (Alm)
  10. Ibu Nyai Hj. Lailatul Badriyah Djazuli
  11. Su’ad (meninggal usia 4 bln).
 
Sumber : Tirto.ID
Share:

"Kebutuhan manusia terhadap ilmu jauh lebih besar daripada kebutuhannya terhadap makan dan minum karena makanan dan minuman hanya dibutuhkan sekali atau dua kali saja dalam sehari, sedang ilmu, dibutuhkan dalam setiap embusan napas"

"Tahapan pertama dalam mencari ilmu adalah mendengarkan, kemudian diam dan menyimak dengan penuh perhatian, lalu menjaganya, lalu mengamalkannya dan kemudian menyebarkannya." - Sufyan bin Uyainah

Informasi PPDB Tahun 2025

Informasi Penerimaan Calon Peserta Didik Baru YPP Al-Falah Tahun 2025

INFORMASI Penerimaan Calon Peserta Didik Baru Tahun Ajaran 2025/2026 Assalamu’alaikum Wr. Wb. Yayasan Pondok Pesantren AL-FALAH Kedunglurah ...

Terjemahkan

Kajian Kitab Kuning

Maqalah Imam Syafi'i

"Orang yang pandai akan bertanya tentang apa yang ia ketahui dan tidak ia ketahui. Dengan menanyakan apa yang ia ketahui, maka ia akan semakin mantap, dan dengan menanyakan apa yang belum ia ketahui, maka ia akan menjadi tahu. Sementara orang bodoh itu meluapkan kemarahannya karena sulitnya ia belajar, dan ia tidak menyukai pelajaran."