Minggu, 06 Juli 2025

Pengasuh Ponpes Al-Falah Kedunglurah Terima Kunjungan Silaturahim Ketua PW GP. Ansor Jawa Timur


Alfalah News, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah Kedunglurah, Trenggalek, K.H. Muh. Izuddin Zakki, S.Th.I., M.Sy., menerima kunjungan silaturahim dari Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jawa Timur, H. Musaffa Safril beserta rombongan, pada Sabtu, 5 Juli 2025. Kunjungan ini dilakukan dalam rangkaian agenda PW Turba (Turun ke Bawah) ke Cabang sekaligus mengisi kegiatan Sekolah Administrasi, Upgrading Kaderisasi, dan Akreditasi yang diselenggarakan oleh PC GP. Ansor Trenggalek di Gedung Bhawarasa.

Kedatangan Ketua PW GP. Ansor Jawa Timur beserta rombongan disambut hangat oleh Kiai Izuddin Zakki di kediamannya, yang juga merupakan kompleks Pondok Pesantren Al-Falah Kedunglurah. Suasana penuh keakraban dan kekeluargaan tampak dalam pertemuan tersebut, mempererat jalinan ukhuwah dan sinergi antar pengurus Ansor baik di tingkat wilayah maupun cabang.

Dalam sambutannya, H. Musaffa Safril menyampaikan apresiasi atas semangat kaderisasi dan penguatan organisasi yang terus dilakukan oleh PC GP. Ansor Trenggalek.
"Ansor Trenggalek adalah contoh nyata bahwa semangat kaderisasi, penguatan administrasi, dan militansi bisa berjalan beriringan. Kami di wilayah sangat mendukung dan berharap semangat seperti ini terus dijaga agar Ansor semakin kuat dan bermanfaat untuk umat, bangsa, dan negara," ungkapnya.


Sementara itu, K.H. Muh. Izuddin Zakki menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas kunjungan serta perhatian PW GP. Ansor Jatim kepada Trenggalek.
"Kunjungan ini adalah bentuk perhatian dan motivasi yang sangat berarti bagi kami di daerah. Semoga silaturahim ini membawa berkah dan kekuatan baru dalam merawat kader, menguatkan organisasi, serta menjaga nilai-nilai Aswaja An-Nahdliyah di tengah masyarakat," tutur beliau.

Setelah pertemuan di kediaman, Ketua PW GP. Ansor beserta rombongan melanjutkan agenda ke Gedung Bhawarasa untuk menghadiri dan memberikan materi dalam kegiatan Sekolah Administrasi, Upgrading Kaderisasi, dan Akreditasi yang diikuti oleh ratusan kader Ansor dan Banser se-Kabupaten Trenggalek.


Oleh : Tim Media YPP AL FALAH OR.ID

Share:

Sabtu, 05 Juli 2025

Santri Pulang ke Pangkuan Guru: Gus Zakki dan Spirit Hurmat, Khidmah, serta Tabarukan di Haul Masyayikh Al Falah Ploso

Setiap santri adalah anak ruhani dari para masyayikh, dan setiap alumni adalah bagian tak terpisahkan dari keluarga besar pesantren. Begitulah yang tergambar dalam sosok Gus Zakki—seorang santri sekaligus alumni yang kini menjadi Pengasuh Pondok Pesantren Al Falah Kedunglurah, Trenggalek—ketika menghadiri Haul Masyayikh Pondok Pesantren Al Falah Ploso Kediri pada 3-5 Juli 2025.

Haul ini bukan sekadar seremonial tahunan, tetapi momentum spiritual yang dalam untuk mempererat tali batin antara santri, alumni, dan guru-guru besar yang telah wafat. Dengan penuh hurmat (penghormatan), khidmah (pengabdian), dan tabarukan (mengharap berkah), Gus Zakki hadir bersama ribuan jamaah lain untuk mengenang, mendoakan, dan meneladani perjuangan para masyayikh yang telah membangun peradaban pesantren dengan ilmu dan keteladanan.

Sebagai alumni yang kini mengasuh pesantren sendiri, kehadiran Gus Zakki mengandung pesan moral yang kuat: "Santri tetap santri, di mana pun dan kapan pun." Meski telah menjadi tokoh masyarakat dan pemimpin pesantren, beliau tidak melupakan asal-muasal spiritualnya. Dengan penuh ketawadhuan, Gus Zakki bersilaturahim dengan para dzurriyah (keturunan) masyayikh dan sesama alumni, memperkuat rasa cinta dan loyalitas kepada pusat keilmuan dan spiritual tersebut.

Haul Masyayikh Ploso Kediri adalah manifestasi dari ajaran hubbul ulama (cinta kepada ulama) dan itba'us shalihin (mengikuti orang-orang saleh). Nilai-nilai inilah yang selalu ditanamkan di berbagai pesantren, termasuk di Pondok Al Falah Kedunglurah yang kini diasuh Gus Zakki. Tidak heran jika setiap tahun, haul ini dihadiri oleh ribuan orang yang datang bukan hanya dari Jawa Timur, tetapi dari berbagai pelosok Indonesia.

Di tengah arus modernisasi dan perubahan zaman, haul seperti ini menjadi oase ruhani yang meneguhkan identitas pesantren sebagai benteng moral dan pusat peradaban Islam Nusantara. Kehadiran para alumni, terutama yang telah berkiprah di masyarakat, menjadi teladan nyata bagi santri-santri muda tentang pentingnya menjaga adab, khidmah, dan kesetiaan kepada guru.

Gus Zakki sendiri dalam berbagai kesempatan sering menekankan bahwa "Santri yang tidak mengenang dan mendoakan gurunya ibarat pohon yang tercerabut dari akarnya." Maka, melalui haul ini, beliau tidak hanya hadir secara fisik, tapi juga hadir dengan jiwa yang sepenuhnya tunduk dan hormat kepada warisan para guru dan pendiri pesantren.

Haul Masyayikh Al Falah Ploso bukan hanya ajang mengenang masa lalu, tetapi juga menyalakan api perjuangan untuk masa depan. Hurmat, khidmah, dan tabarukan yang diperlihatkan Gus Zakki dan para alumni lainnya menjadi bukti bahwa santri tidak pernah benar-benar "lulus" dari pesantren, sebab pesantren adalah rumah yang abadi di dalam hati.


Oleh : Tim Media YPP ALFALAH.OR.ID 

Share:

Jumat, 04 Juli 2025

Menumbuhkan Niat, Keikhlasan, dan Kesungguhan dalam Menuntut Ilmu: Telaah Kitab Ta’limul Muta’allim Bab 2


Pendahuluan

Ilmu merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dalam menjalani kehidupan. Dalam Islam, menuntut ilmu tidak hanya bernilai duniawi, tetapi juga menjadi jalan menuju kemuliaan di sisi Allah SWT. Kitab Ta’limul Muta’allim Thariq at-Ta’allum karya Syekh Burhanuddin Az-Zarnuji adalah salah satu rujukan klasik yang membahas adab dan prinsip-prinsip dasar dalam menuntut ilmu. Dalam Bab 2 kitab ini, ditekankan pentingnya niat yang benar, keikhlasan, serta kesungguhan sebagai pondasi dalam proses pencarian ilmu.

Pembahasan

1. Pentingnya Niat dalam Menuntut Ilmu

Syekh Az-Zarnuji menjelaskan bahwa setiap amal sangat bergantung pada niatnya. Menuntut ilmu harus dilandasi oleh niat untuk mendapatkan ridha Allah SWT dan mengamalkan ilmu demi kebaikan umat, bukan untuk meraih kedudukan, harta, atau popularitas.

Beliau menukil hadits Nabi Muhammad SAW:

"Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niatnya."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Oleh karena itu, pelajar harus senantiasa meluruskan niatnya agar ilmu yang didapatkan bernilai ibadah.

2. Keikhlasan Sebagai Kunci Keberkahan Ilmu

Keikhlasan adalah sikap memurnikan tujuan semata-mata karena Allah SWT. Syekh Az-Zarnuji menekankan bahwa ilmu yang diperoleh dengan keikhlasan akan mendatangkan keberkahan dan manfaat, baik di dunia maupun di akhirat.

Ilmu yang diperoleh tanpa keikhlasan justru dapat menjadi petaka dan tidak membawa manfaat sebagaimana sabda Nabi SAW:

"Barang siapa menuntut ilmu untuk menyaingi ulama, mendebat orang bodoh, atau menarik perhatian manusia, maka ia di neraka."
(HR. Ibnu Majah)

3. Kesungguhan dan Ketekunan dalam Menuntut Ilmu

Dalam Bab 2 ini, Syekh Az-Zarnuji juga menekankan pentingnya mujahadah (kesungguhan) dan istiqamah (konsistensi). Tidak ada keberhasilan dalam menuntut ilmu tanpa usaha keras dan pengorbanan. Pelajar harus mampu melawan rasa malas, lelah, dan gangguan duniawi.

Syekh Az-Zarnuji memberikan motivasi dengan perkataan:

“Barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan mendapatkan apa yang diinginkannya.”

Selain itu, beliau menyarankan agar pelajar menjaga waktu, menghindari perbuatan sia-sia, serta senantiasa berdoa kepada Allah agar dimudahkan dalam proses belajar.

Relevansi Ajaran Ta'limul Muta'allim dalam Konteks Modern

Prinsip-prinsip yang diajarkan dalam Ta’limul Muta’allim tetap relevan hingga saat ini. Di era digital dengan berbagai distraksi, pelajar modern perlu lebih menjaga niat dan keikhlasan agar tidak terjebak dalam mencari popularitas atau gelar semata. Kesungguhan dan ketekunan juga menjadi kunci untuk meraih kesuksesan dalam studi dan kehidupan profesional.

Kesimpulan

Kitab Ta’limul Muta’allim Bab 2 mengajarkan bahwa menuntut ilmu adalah ibadah yang harus dilandasi niat yang tulus, keikhlasan, dan kesungguhan. Tanpa ketiga aspek tersebut, ilmu yang diperoleh dikhawatirkan tidak membawa manfaat bahkan bisa menjadi bumerang di hadapan Allah SWT. Ajaran ini tetap relevan dan patut menjadi pedoman bagi setiap penuntut ilmu di segala zaman.


Daftar Pustaka

  1. Az-Zarnuji, Burhanuddin. Ta'limul Muta'allim Thariq at-Ta'allum. Beirut: Darul Fikr, tanpa tahun.

  2. Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail. Shahih al-Bukhari. Kairo: Darul Hadits, 2004.

  3. Muslim bin Hajjaj. Shahih Muslim. Riyadh: Darussalam, 2000.

  4. Ibnu Majah. Sunan Ibnu Majah. Beirut: Dar al-Fikr, 1995.



Oleh : K.H. Muh. Izuddin Zakki (Pengasuh Ponpes Al-Falah Kedunglurah, Trenggalek
Editor : Murdiyanto (Ketua BSA Trenggalek)
Share:

Rabu, 02 Juli 2025

Rangkaian Harlah & Haul Akbar Ponpes Al Falah Ploso 3-5 Juli 2025

 

Rangkaian Harlah & Haul Akbar Ponpes Al Falah Ploso 3-5 Juli 2025

Acara haul biasanya akan dibacakan silsilah pondok pesantren secara runtut dari generasi ke generasi baik secara keilmuan atau hubungan darah.
 
Sementara harlah kali ini merupakan peringatan lahirnya Ponpes Al Falah Ploso Kediri. Berdasarkan catatan sejarah, Ponpes Al Falah Ploso Kediri didirikan pada pada tanggal 1 Januari 1925 oleh Kyai Djazuli.
 
Haul Ponpes Al Falah Ploso Kediri memperingati sejumlah tokoh yang berasal dari pondok pesantren tersebut. Di antaranya KH. Achmad Djazuli Utsaman (ke-51), Nyai Hj Rodliyah Djazuli (ke-30), dan KH. Ahmad Zainuddin Djazuli (ke-4).
 
Kemudian KH. Chamim Djazuli (ke-33), KH. Fuad Mun’im Djazuli (ke-5), KH. Munif Djazuli (ke-14), dan KH. Mahfudz Siroj (ke-17).
 
Berikut rangkaian harlah dan haul akbar Ponpes Al Falah Ploso pada 3-5 Juli 2025:
  1. Kamis, 3 Juli 2025: parade Hadroh Ishari dihadiri enam ribu jamaah se-Jawa Timur (di halaman Ponpes Al Falah Ploso Kediri).
  2. Jumat, 4 Juli 2025: Puncak Haul Akbar 2025 dan closing ceremony harlah 100 tahun (di Pendopo Ponpes Al Falah Ploso Kediri).
  3. Sabtu, 5 Juli 2025: Istighosah Kubro diikuti seluruh santri (di Pendopo Ponpes Al Falah Ploso Kediri).
 

Kisah Singkat Kiai Djazuli Pendiri Ponpes Al Falah

Ponpes Al Falah Ploso Kediri didirikan oleh Kiai Djazuli dan Nyai Rodliyah. Pondok dirintis pada tahun 1924 di sebuah masjid. Setidaknya ada 12 santri yang turut mengaji bersama Kiai Djazuli pada awal pendirian.
 
Kemudian, pada 1 Januari 1925, Kyai Djazuli mengajukan surat permohonan pemantauan kepada pemerintah Belanda untuk lembaga baru yang kemudian dikenal dengan nama Al Falah.
 
Ponpes Al Falah Ploso Kediri berperan pada masa sebelum kemerdekaan. Pada masa penjajahan Jepang, Kyai Djazuli ditunjuk sebagai Sancok (Camat) untuk melakukan propaganda 3A dengan semboyan Nippon cahaya Asia, Nippon pelindung Asia, dan Nippon pemimpin Asia.
 
Kyai Djazuli menerima jabatan dengan terpaksa. Namun, Kyai Djazuli tidak menjalankan perintah Jepang, melainkan menyampaikan dakwah Islam kepada masyarakat.
 
Setelah diangkat menjadi Sancok, Kyai Djazuli dipindah tugaskan ke Pare, sebagai ketua parlemen (Ketua DPRD). Jepang juga memasukkan Kyai Djazuli dalam daftar KAMIKAZE (Pasukan berani mati).
Mendengar kabar tersebut, para santri melindungi Kyai Djazuli. Pada tahun 1948, Kyai Djazulidan para santri ikut berjuang menghadapi Belanda saat melancarkan agresi militer.
 
Kiai Djazuli dengan Ibu Nyai Rodliyah dikaruniai 8 putra dan 3 putri. Berikut daftarnya:
  1. Siti Azizah (meninggal usia 1 thn)
  2. Hadziq (meninggal usia 9 bln)
  3. Zainuddin Djazuli
  4. Nurul Huda Djazuli
  5. Hamim Djazuli (Gus Miek)
  6. Fuad Mun’im Djazuli
  7. Mahfudz (meninggal usia 3 thn)
  8. Makmun (meninggal usia 7 bln)
  9. Munif Djazuli (Alm)
  10. Ibu Nyai Hj. Lailatul Badriyah Djazuli
  11. Su’ad (meninggal usia 4 bln).
 
Sumber : Tirto.ID
Share:

Rabu, 25 Juni 2025

Informasi Penerimaan Calon Peserta Didik Baru YPP Al-Falah Tahun 2025


INFORMASI
Penerimaan Calon Peserta Didik Baru
Tahun Ajaran 2025/2026

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Yayasan Pondok Pesantren AL-FALAH Kedunglurah Kec. Pogalan Kab. Trenggalek, menerima Pendaftaraan Calon Peserta Didik (Santri) Baru Tahun Ajaran 2025-2026 untuk Program dan Jenjang Pendidikan meliputi:
  1. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Qur'an Nurul Falah
  2. Madrasah Aliyah (MA) Nurul Falah
  3. Madrasah Diniyah Riyadlotul Uqul (MISRIU) Pondok Pesantren
-----
SYARAT-SYARAT PENDAFTARAN:
  1. Beragama Islam
  2. Berahlakul Karimah
  3. Ahlussunnah wal Jama'ah
  4. Cinta NKRI
  5. Cinta Pancasila
  6. Foto Copy Kartu Keluarga
  7. Foto Copy NISN
  8. Foto Copy Ijazah dan SKL (menyusul)
  9. Mengisi Form Pendaftaran Online Klik DISINI
-----
PROGRAM UNGGULAN MA & MTs:
  1. Tahfidzul Qur'an
  2. Pengajian Kitab Kuning
  3. Muhadloroh
  4. Tahlil dan Dzikrul Ghofilin
  5. Conversation (Bahasa Arab dan Inggris)
-----
PROGRAM UNGGULAN KHUSUS MADRASAH ALIYAH (MA) NURUL FALAH:
  1. Ketrampilan Multimedia dan DKV
  2. Video Shooting
  3. Fotografi
  4. Editing Video dan Foto
-----
Jadwal Kegiatan Pondok Pesantren AL-FALAH Kedunglurah (bagi Santri Madrasah Aliyah dan MTs yang mukim di Pondok):
  1. Jamaah Shalat Shubuh
  2. Fasholatan
  3. Ngaji Qur'an, Kitab Kuning dan Ngaji Nahwu
  4. Sekolah Formal
  5. Program Tahfidz (masuk dalam kurikulum)
  6. Sholat Duha (waktu istirahat)
  7. Jamaah Shalat Dzuhur
  8. Madrasah Diniyah
  9. Jamaah Shalat Ashar
  10. Ngaji kitab Fathul Qorib
  11. Membaca Surah Al-Waqiah bersama
  12. Jamaah Shalat Maghrib
  13. Ngaji kitab Tafsir Jalalain dan Ngaji Qur'an
  14. Jamaah Shalat Isya'
  15. Ngaji Kitab Kuning
  16. Syawir (belajar bersama)
-----
BIAYA PENDAFTARAN & PENDIDIKAN MA dan MTs:
  1. Pendaftaran Rp. 50.000,-
  2. Admistrasi KTS dan Raport Rp. 150.000,-
  3. Kain Seragam Khusus 1 Stel dan atribut bet sekolah Rp. 150.000,-
  4. Seragam Olahraga Rp. 100.000,-
  5. Total Biaya Rp. 450.000,-
  6. SPP per-bulan Rp. 50.000,-
  7. Pendaftaran Pondok Rp. 35.000,-
  8. Uang Makan 3x dan Syahriyah Pondok Rp. 300.000,- / bulan
  9. Gratis Uang Gedung
  10. Gratis Kain Seragam Putih, Abu-abu/Biru
-----
KETERANGAN TAMBAHAN :
  • Semua Calon Santri Baru Madrasah Aliyah (MA) Nurul Falah dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Qur'an Nurul Falah mulai masuk Pondok dan Sekolah hari Senin, 14 Juli 2025
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
.

Hormat Kami
TTD

PANITIA PPDB 2025
PENGASUH PONPES AL-FALAH
Kedunglurah – Trenggalek

Share:

Kamis, 13 Maret 2025

Profil dan Keteladanan K.H. Muh. Izuddin Zakki: Ulama Muda yang Menginspirasi di Trengalek


Kedunglurah
Sosok K.H. Muh. Izuddin Zakki menjadi figur penting dalam gerakan keislaman, pendidikan, dan kepemudaan di Kabupaten Trenggalek. Beliau dikenal luas sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah Kedunglurah, Ketua Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Trenggalek, sekaligus Kepala Madrasah Aliyah Nurul Falah Kedunglurah. Dengan multi-peran tersebut, beliau tampil sebagai tokoh muda yang menyejukkan, berwibawa, dan menginspirasi banyak kalangan, khususnya generasi muda Nahdliyyin.

Profil Singkat

Kiai muda yang akrab disapa Gus Zakki ini lahir dari keluarga pesantren yang sarat dengan nilai perjuangan dan keilmuan. Mewarisi semangat dakwah dari ayahandanya, beliau tumbuh dengan pendidikan agama yang kuat serta wawasan sosial-keumatan yang luas. Pendidikan formal dan non-formal yang beliau jalani berpadu menjadi pondasi kepemimpinan yang matang.

Sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah Kedunglurah, Gus Zakki menanamkan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah an-Nahdliyah secara mendalam kepada santri-santrinya, disertai dengan penguatan karakter, nasionalisme, dan semangat kebangsaan.

Di Madrasah Aliyah Nurul Falah, di mana beliau menjabat sebagai Kepala Sekolah, Gus Zakki membawa semangat pembaruan dalam pendidikan. Di bawah kepemimpinannya, madrasah ini berkembang menjadi lembaga pendidikan yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga religius dan berkarakter.

Peran dalam GP Ansor

Sebagai Ketua PC GP. Ansor Trenggalek, Gus Zakki menjadi sosok sentral dalam pengkaderan pemuda Nahdliyyin. Kepemimpinannya menekankan pentingnya militansi yang seimbang dengan keilmuan dan akhlak. Ia aktif mendorong lahirnya kader-kader muda yang tidak hanya loyal terhadap jam'iyyah, tetapi juga adaptif terhadap tantangan zaman.

Dalam berbagai kegiatan Ansor maupun Banser, kehadiran beliau selalu membawa semangat kebersamaan, ketegasan dalam prinsip, dan kelembutan dalam komunikasi. Prinsip perjuangannya selalu dilandasi empat nilai utama: tawasuth (moderat), i’tidal (adil), tawazun (seimbang), dan tasamuh (toleran)—nilai-nilai yang menjadi jiwa pergerakan Ansor.

Peran Istri: Ning Hj. Dina Kamila

Di balik keberhasilan dan keteladanan Gus Zakki, terdapat sosok istri yang penuh dedikasi dan keteguhan, Ning Hj. Dina Kamila. Sebagai pendamping hidup, Ning Dina bukan hanya mendukung perjuangan suami secara pribadi, namun juga aktif dalam kegiatan keperempuanan, sosial keagamaan, serta pendidikan di lingkungan pesantren dan masyarakat.


Ning Dina dikenal sebagai pribadi yang hangat, lembut, namun tegas dalam prinsip menjadikan pasangan ini sebagai role model keluarga pesantren yang harmonis dan produktif dalam membangun umat.

Keteladanan

Keteladanan K.H. Muh. Izuddin Zakki dan Ning Hj. Dina Kamila terletak pada:

  • Konsistensi dalam dakwah dan pendidikan

  • Kepemimpinan yang santun namun progresif

  • Keharmonisan rumah tangga yang inspiratif

  • Aktif membina kader muda agar berakhlak, berilmu, dan berdaya guna

Kehadiran keduanya menjadi oase di tengah tantangan zaman yang kian kompleks. Gus Zakki dan Ning Dina menjadi bukti nyata bahwa perjuangan membangun umat bisa dilakukan dari pesantren, dari sekolah, dan dari rumah tangga yang diberkahi.


“Kami ingin kader Ansor dan santri tidak hanya paham kitab, tetapi juga peka terhadap realitas sosial dan siap menjadi pemimpin masa depan.”
– K.H. Muh. Izuddin Zakki



Sumber : Anwalin - Myanto BSA

Share:

Rabu, 12 Maret 2025

Pemaknaan Surah Al-Fatihah dalam Tafsir Jalalain (Bab 1)


Pendahuluan

Tafsir Jalalain merupakan salah satu kitab tafsir paling populer di dunia Islam, disusun oleh dua ulama besar: Jalaluddin al-Mahalli dan muridnya, Jalaluddin as-Suyuthi. Kitab ini dikenal karena ringkas, padat, dan mudah dipahami, sehingga menjadi rujukan utama dalam pendidikan pesantren di berbagai negara, termasuk Indonesia. Pada Bab 1, kitab ini mengulas Surah Al-Fatihah sebagai pembukaan Al-Qur’an, dengan makna-makna mendalam yang merepresentasikan keseluruhan isi kitab suci.

Makna Surah Al-Fatihah dalam Tafsir Jalalain

  1. Basmalah (بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ)
    Jalalain menafsirkan bahwa "Bismillah" berarti "Dengan menyebut nama Allah", yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kata "rahman" dan "rahim" menunjukkan dua bentuk kasih sayang Allah: umum kepada seluruh makhluk dan khusus kepada hamba-Nya yang beriman.

  2. Alhamdulillah (ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ)
    Ungkapan syukur yang sempurna hanya milik Allah. Jalalain menjelaskan bahwa pujian ini meliputi seluruh bentuk kenikmatan yang diberikan Allah, baik lahir maupun batin.

  3. Rabb al-‘Alamin (رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ)
    Allah adalah Rabb (Pemelihara) seluruh alam, yang berarti mengatur dan memelihara semua ciptaan-Nya tanpa kecuali. Kata "al-‘alamin" mencakup manusia, jin, hewan, tumbuhan, dan seluruh makhluk.

  4. Ar-Rahman Ar-Rahim (ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ)
    Kedua nama ini diulang untuk penegasan, menandakan bahwa sifat rahmat adalah ciri utama hubungan Allah dengan makhluk-Nya.

  5. Maliki Yawmiddin (مَٰلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ)
    Tafsir Jalalain menerangkan bahwa Allah adalah Penguasa Hari Pembalasan. Ini menekankan bahwa seluruh makhluk akan dimintai pertanggungjawaban atas amal mereka.

  6. Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in (إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ)
    Ayat ini menegaskan keikhlasan dalam beribadah dan ketergantungan total kepada Allah. Kata “iyyaka” ditempatkan di awal untuk menunjukkan pembatasan: hanya kepada Allah saja kami menyembah dan hanya kepada-Nya kami memohon pertolongan.

  7. Ihdina Ash-Shirath al-Mustaqim (ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ)
    Doa yang meminta petunjuk ke jalan yang lurus, yaitu Islam yang murni dan benar menurut syariat.

  8. Shirath al-Ladzina An‘amta ‘Alayhim… (صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ...)
    Maksudnya adalah jalan yang ditempuh oleh para nabi, orang-orang shalih, syuhada, dan orang yang diberi nikmat oleh Allah.

  9. Ghairil Maghdubi ‘Alayhim wa Ladh-Dhallin (غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ)
    Jalalain menafsirkan bahwa yang dimaksud "orang-orang yang dimurkai" adalah Yahudi, dan "orang-orang yang sesat" adalah Nasrani, karena penyimpangan mereka dari jalan kebenaran setelah mengetahui kebenaran itu.

Kesimpulan

Surah Al-Fatihah dalam Tafsir Jalalain dipahami sebagai inti ajaran Islam: pengakuan atas rububiyah (pengaturan) Allah, permohonan petunjuk, serta pembeda antara jalan yang benar dan jalan yang sesat. Tafsir Jalalain menyajikan penjelasan yang ringkas namun dalam, sangat cocok dijadikan dasar pembelajaran pemula dan lanjutan dalam ilmu tafsir.


Daftar Pustaka

  1. Al-Mahalli, Jalaluddin & As-Suyuthi, Jalaluddin. Tafsir al-Jalalain. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2000.

  2. Tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Kemenag RI, 2019.

  3. Manna’ al-Qaththan. Mabahits fi Ulum al-Qur’an. Beirut: Maktabah al-Ma’arif, 1991.

  4. Wahbah az-Zuhaili. Tafsir al-Munir. Damaskus: Dar al-Fikr, 2001.

  5. Syihab, Quraish. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur'an. Jakarta: Lentera Hati, 2005.



Oleh : K.H. Muh. Izuddin Zakki (Pengasuh Ponpes Al-Falah Kedunglurah, Trenggalek
Editor : Murdiyanto (Ketua BSA Trenggalek)
Share:

Rabu, 19 Februari 2025

Pemahaman Dasar Bab 1 Kitab Taqrib: Thaharah (Bersuci) dalam Fiqih Madzhab Syafi'i


Pendahuluan

Kitab Taqrib atau Matn al-Ghayah wa al-Taqrib merupakan salah satu kitab fiqih dasar yang sangat populer dalam kalangan santri, terutama di pesantren-pesantren yang mengikuti mazhab Imam Syafi’i. Disusun oleh Abu Shuja’ al-Asfahani, kitab ini membahas hukum-hukum fikih secara ringkas namun sistematis. Bab pertama dalam kitab ini adalah Bab Thaharah (bersuci), yang menjadi pondasi dalam pelaksanaan ibadah seorang Muslim.


Definisi Thaharah

Dalam pengertian bahasa, thaharah berarti kebersihan atau kesucian. Dalam istilah fikih, thaharah adalah mengangkat hadats dan menghilangkan najis untuk memungkinkan pelaksanaan ibadah seperti shalat, membaca Al-Qur’an, dan sebagainya.


Macam-Macam Air

Abu Shuja’ dalam Bab 1 menjelaskan bahwa air yang dapat digunakan untuk bersuci terbagi menjadi empat macam:

  1. Air Mutlak
    Air yang suci dan mensucikan, seperti air hujan, laut, sumur, sungai, embun, dan salju.

  2. Air Musyammas (air yang dipanaskan matahari)
    Air ini suci dan mensucikan, tetapi makruh digunakan di daerah Hijaz jika disimpan dalam bejana logam bukan emas atau perak.

  3. Air Musta’mal
    Air suci tapi tidak bisa digunakan untuk bersuci. Contoh: air bekas wudhu.

  4. Air Muqayyad (air yang terikat sifat)
    Air yang bercampur dengan sesuatu yang mengubah sifatnya (warna, rasa, atau bau), seperti air teh atau air bunga.


Jenis-Jenis Najis dan Cara Mensucikannya

Abu Shuja’ menjelaskan bahwa najis dibagi menjadi beberapa jenis, di antaranya:

  • Najis ‘Ainiyah (yang terlihat): najis hewan, darah, kotoran.

  • Najis Hukmiyah (tidak terlihat): misalnya bekas air kencing yang telah kering.

Mensucikannya dengan menghilangkan zat najis, bau, rasa, dan warnanya, dengan air mutlak.


Wudhu

Penulis kitab Taqrib juga membahas rukun dan sunnah wudhu. Rukun wudhu ada enam, yaitu:

  1. Niat

  2. Membasuh wajah

  3. Membasuh kedua tangan sampai siku

  4. Mengusap sebagian kepala

  5. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki

  6. Tertib

Sementara sunnah-sunnah wudhu antara lain membaca basmalah, bersiwak, mendahulukan yang kanan, dan berdoa setelah wudhu.


Hal-Hal yang Membatalkan Wudhu

Beberapa hal yang membatalkan wudhu antara lain:

  • Sesuatu yang keluar dari dua jalan (qubul dan dubur)

  • Hilang akal (tidur, pingsan)

  • Bersentuhan kulit laki-laki dan perempuan bukan mahram tanpa penghalang

  • Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan


Tayammum dan Mandi Besar

Tayammum diperbolehkan jika tidak menemukan air atau karena sakit. Syarat sah tayammum adalah menggunakan debu suci, dan dilakukan dengan niat dan dua kali tepukan ke tanah.

Mandi wajib dilakukan dalam keadaan:

  • Junub (setelah jimak atau keluar mani)

  • Haid dan nifas

  • Masuk Islam

  • Meninggal dunia (memandikan jenazah)


Kesimpulan

Bab pertama dari Kitab Taqrib menunjukkan betapa pentingnya thaharah dalam Islam sebagai pembuka segala bentuk ibadah. Pengetahuan tentang macam-macam air, jenis najis, wudhu, tayammum, dan mandi besar sangat krusial dalam kehidupan seorang Muslim. Kitab ini menjadi rujukan awal yang wajib dikuasai dalam mempelajari fiqih, khususnya fiqih ibadah menurut mazhab Imam Syafi’i.


Daftar Pustaka

  1. Abu Syuja’ al-Asfahani. Matn al-Ghayah wa al-Taqrib.

  2. Nawawi al-Bantani. Kasyifah al-Saja, Syarh Taqrib.

  3. Nawawi, Imam. Al-Majmu' Syarh al-Muhadzdzab.

  4. As-Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha. I'anah at-Thalibin.

  5. Al-Khatib Asy-Syarbini. Mughni al-Muhtaj.

  6. Wahbah Zuhaili. Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Damaskus: Dar al-Fikr.

  7. Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibari. Fath al-Mu’in.



Oleh : K.H. Muh. Izuddin Zakki (Pengasuh Ponpes Al-Falah Kedunglurah, Trenggalek
Editor : Murdiyanto (Ketua BSA Trenggalek)
Share:

Rabu, 05 Februari 2025

Memahami Bab Pertama Kitab Jurumiyah — Pengantar Ilmu Nahwu


Pendahuluan

Kitab Al-Jurumiyah merupakan salah satu kitab klasik yang sangat populer dalam pengajaran ilmu Nahwu (tata bahasa Arab), khususnya di kalangan pesantren tradisional. Disusun oleh Syaikh Ash-Shanhaji (Ibnu Ajurrum), kitab ini menjadi pegangan dasar bagi para pemula yang ingin memahami struktur gramatika bahasa Arab. Bab pertama dari kitab ini membahas tentang pengertian kalam (الكلام), yang menjadi fondasi penting dalam ilmu nahwu.


Bab 1: Pengertian Kalam (الكلام)

Dalam pembukaannya, kitab Al-Jurumiyah menyebutkan:

"الكلام هو اللفظ المركب المفيد بالوضع"

Terjemahannya:
Kalam adalah lafadz yang tersusun, memberikan faidah (makna sempurna), dan ditetapkan secara konvensional.

Penjelasan Unsur-unsur Kalam

  1. اللفظ (al-lafzh):
    Yaitu suara yang keluar dari mulut dan terdiri dari huruf-huruf yang dapat didengar. Misalnya, kata "زيد" (Zaid), berbeda dengan tulisan atau isyarat.

  2. المركب (al-murakkab):
    Kalimat harus tersusun dari dua atau lebih kata. Misalnya: "جاء زيد" (Zaid telah datang), terdiri dari fi’il dan fa’il.

  3. المفيد (al-mufid):
    Kalimat tersebut harus memberikan makna yang utuh, yang dapat dimengerti tanpa membutuhkan tambahan penjelas.

  4. بالوضع (bi al-wadh‘):
    Ditentukan secara konvensional atau digunakan sesuai kebiasaan bahasa Arab. Ini membedakan antara ucapan bermakna dan suara yang tak dimengerti seperti teriakan.


Klasifikasi Kalam dalam Ilmu Nahwu

Setelah memahami pengertian kalam, para ulama nahwu membagi kalam ke dalam tiga bagian utama:

  1. Isim (اسم):
    Kata benda atau sesuatu yang menunjukkan nama orang, tempat, atau benda. Contoh: "رجل" (seorang laki-laki), "كتاب" (buku).

  2. Fi’il (فعل):
    Kata kerja yang menunjukkan peristiwa atau perbuatan dalam waktu tertentu. Contoh: "ذهب" (telah pergi), "يكتب" (sedang menulis).

  3. Harf (حرف):
    Kata sambung atau huruf yang tidak memiliki makna kecuali jika bersama kata lain. Contoh: "في" (di), "من" (dari).


Signifikansi Bab Kalam dalam Pembelajaran Nahwu

Pemahaman terhadap definisi kalam menjadi dasar untuk membedakan antara kalimat sah dalam bahasa Arab dengan rangkaian kata yang belum sempurna. Selain itu, penguasaan struktur kalam akan menjadi pintu masuk memahami susunan ayat Al-Qur’an dan Hadis secara gramatikal.


Kesimpulan

Bab pertama dari Kitab Al-Jurumiyah bukan hanya sekadar pembahasan definisi, tetapi fondasi bagi semua pembelajaran ilmu nahwu berikutnya. Dengan memahami apa itu kalam, siswa akan dapat mengidentifikasi susunan kalimat, mengenali jenis kata, dan menilai keabsahan struktur bahasa dalam konteks Arab.


Daftar Pustaka

  1. Ash-Shanhaji, Muhammad bin Da’ud. Al-Muqaddimah Al-Jurumiyyah fi ‘Ilm an-Nahw. Beirut: Dar Ibn Hazm, 2002.

  2. Az-Zajjaji, Abu al-Qasim. Al-Jumal fi An-Nahw. Dar al-Ma’rifah, 1981.

  3. Al-Mubarakfuri, Shamsuddin. Tuhfatul Athfal wa al-Ghilman. Maktabah Salafiyyah, 1980.

  4. Al-Malibari, Zainuddin. Hasyiyah al-Malibari 'ala al-Jurumiyyah, Maktabah Syamilah.

  5. Al-Fauzan, Shalih bin Fauzan. Syarh al-Jurumiyyah, Dar al-Imam Ahmad, 2010.

  6. Muhammad Salih, Ilmu Nahwu Dasar, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 2009.



Oleh : K.H. Muh. Izuddin Zakki (Pengasuh Ponpes Al-Falah Kedunglurah, Trenggalek
Editor : Murdiyanto (Ketua BSA Trenggalek)

.

Share:

Rabu, 29 Januari 2025

Menjadi Pencari Ilmu yang Berkah: Telaah Bab 1 Kitab Ta’limul Muta’allim

Pendahuluan

Kitab Ta’limul Muta’allim karya Syaikh Az-Zarnuji merupakan salah satu karya klasik (kitab turats) yang sangat penting dalam dunia pendidikan Islam. Kitab ini membahas adab dan etika dalam menuntut ilmu agar ilmu yang diperoleh menjadi berkah dan bermanfaat, tidak hanya untuk dunia, tetapi juga untuk akhirat. Bab pertama kitab ini, "Fi Bayan Fadhlil Ilmi wa Ta’allumihi" (Penjelasan tentang Keutamaan Ilmu dan Belajar), menjadi dasar penting untuk membentuk karakter pelajar yang berakhlak dan visioner.


Isi Bab 1: Keutamaan Ilmu dan Belajar

Syaikh Az-Zarnuji membuka kitabnya dengan menjelaskan mengapa ilmu itu penting dan mengapa seseorang harus belajar dengan serius. Berikut adalah beberapa poin utama yang ditekankan:

  1. Ilmu sebagai Sarana Mencapai Kebahagiaan Dunia dan Akhirat
    Az-Zarnuji menekankan bahwa ilmu adalah jalan menuju kebahagiaan sejati. Orang yang berilmu mampu membedakan antara yang benar dan salah, halal dan haram, serta bisa menuntun orang lain menuju kebaikan.

  2. Niat yang Benar dalam Menuntut Ilmu
    Penekanan pada niat yang ikhlas menjadi salah satu fondasi utama dalam menuntut ilmu. Ilmu harus dicari karena Allah SWT, bukan demi mencari pujian, jabatan, atau kekuasaan.

  3. Hadits dan Perkataan Ulama
    Bab ini juga disertai dengan kutipan hadits dan atsar (perkataan para ulama), seperti hadits Nabi Muhammad SAW:

    "Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga."
    (HR. Muslim)

  4. Kebodohan Lebih Berbahaya daripada Kemiskinan
    Syaikh Az-Zarnuji mengutip pendapat Imam Syafi’i:

    “Tidak ada musibah yang lebih besar bagi umat ini selain orang bodoh yang berpura-pura alim.”


Nilai-Nilai Pendidikan dari Bab 1

  1. Tujuan Mulia dalam Belajar
    Pendidikan bukan hanya tentang penguasaan ilmu, tetapi juga membentuk pribadi yang takut kepada Allah dan membawa manfaat bagi masyarakat.

  2. Etika dan Moralitas
    Menuntut ilmu harus disertai akhlak yang baik. Seorang pelajar harus rendah hati, tawadhu’, dan menjauhkan diri dari kesombongan.

  3. Peran Guru dan Murid
    Bab ini menjadi dasar penting dalam membangun hubungan antara guru dan murid yang penuh penghormatan dan kasih sayang.


Relevansi dalam Dunia Modern

Meskipun ditulis berabad-abad lalu, pesan Bab 1 Ta’limul Muta’allim tetap relevan di era modern. Dalam dunia yang semakin materialistik, kitab ini mengingatkan kita bahwa ilmu sejati adalah ilmu yang mengantarkan pada kedekatan kepada Allah, serta memperbaiki diri dan masyarakat. Di tengah krisis moral dan disorientasi pendidikan, ajaran Az-Zarnuji sangat relevan untuk membentuk karakter pelajar yang berintegritas.


Penutup

Bab pertama dari Ta’limul Muta’allim memberikan fondasi yang kuat bagi setiap pencari ilmu untuk memulai perjalanannya dengan benar. Keberkahan ilmu tidak hanya terletak pada seberapa banyak yang dipelajari, melainkan pada niat, metode, dan adab yang menyertainya.


Daftar Pustaka

  1. Az-Zarnuji, Burhanuddin. Ta'limul Muta'allim Thariq at-Ta'allum. Beirut: Dar al-Fikr, 2005.

  2. Al-Ghazali, Imam. Ihya Ulumuddin. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2002.

  3. Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. Islam and Secularism. Kuala Lumpur: ISTAC, 1993.

  4. Suyuti, Jalaluddin. Al-Jami’ ash-Shaghir.

  5. Syihabuddin, Lathiful. Mutiara Adab Menuntut Ilmu: Kajian Kitab Ta’limul Muta’allim. Jakarta: Khatulistiwa Press, 2020.

  6. Departemen Agama RI. Terjemah Ta’limul Muta’allim. Jakarta: Ditjen Pendidikan Islam, 2004.



Oleh : K.H. Muh. Izuddin Zakki (Pengasuh Ponpes Al-Falah Kedunglurah, Trenggalek)
Editor : Murdiyanto (Ketua BSA Trenggalek)
Share:

Rabu, 15 Januari 2025

Profil K.H. Zainal Fanani Hasyim | Pendiri Ponpes Al-Falah Kedunglurah, Trenggalek


Kiai Fanani
, demikian beliau akrab disapa, merupakan sosok ulama kharismatik yang menjadi rujukan utama bagi berbagai kalangan masyarakat di Trenggalek. Kealiman dan kebijaksanaan yang beliau miliki, ditambah dengan wibawa dan kharisma yang kuat, menjadikan beliau tempat bertanya dan berkonsultasi, tidak hanya oleh masyarakat awam, tetapi juga oleh kalangan birokrat, tokoh politik, dan pejabat daerah.

Nama Kiai Fanani juga sangat dikenal karena kepiawaiannya dalam berdakwah. Dengan suara bariton yang khas, beliau kerap diundang untuk mengisi ceramah-ceramah dan pengajian umum, terutama pada momen-momen hari besar Islam. Gaya ceramah beliau yang mendalam namun tetap komunikatif menjadikan banyak orang merasa dekat secara spiritual dan emosional.

Nasab dan Latar Belakang Pendidikan

Kiai Fanani merupakan putra dari Hasyim bin Abdullah bin Abdul Qahar bin Nuryo Kromo bin Wusul. Sejak muda, beliau menempuh pendidikan agama dengan penuh kesungguhan. Setelah mengaji di Pondok Pesantren Ngadirejo, beliau melanjutkan pendidikannya ke Pondok Pesantren Al-Falah Ploso, Kediri — sebuah pesantren besar yang terkenal sebagai pusat ilmu keislaman Ahlussunnah wal Jama’ah di Jawa Timur.

Untuk pendidikan formal, beliau menyelesaikan pendidikan di PGA (Pendidikan Guru Agama). Kombinasi antara pendidikan pesantren dan pendidikan formal ini membentuk kapasitas keilmuan Kiai Fanani yang luas dan mendalam.

Peran dalam Dunia Pendidikan dan Organisasi

Pada tahun 1986, Kiai Fanani mendirikan Pondok Pesantren Al-Falah Kedunglurah, yang kemudian menjadi pusat pendidikan Islam dan pembinaan moral generasi muda. Melalui sistem ngaji dampar (ngaji tradisional di hadapan kiai), beliau menyampaikan berbagai disiplin ilmu agama dengan penuh ketekunan.

Selain mengasuh pesantren, Kiai Fanani juga berperan sebagai dosen di UNSURI (Universitas Sunan Giri, kini STIT Sunan Giri Trenggalek) sejak awal pendiriannya. Peran beliau dalam dunia akademik ini menunjukkan kepeduliannya terhadap peningkatan kualitas pendidikan Islam secara formal.

Dalam organisasi Nahdlatul Ulama, Kiai Fanani pernah menjabat sebagai Wakil Rais Syuriah PCNU Trenggalek selama dua periode, menunjukkan kepercayaan dan penghormatan warga NU terhadap kapasitas kepemimpinan beliau.

Pada masa awal reformasi, saat pembentukan Dewan Pimpinan Cabang Partai Kebangkitan Bangsa (DPC PKB) Trenggalek, beliau turut terlibat aktif sebagai anggota Tim 5, sebuah tim inisiasi penting dalam sejarah perpolitikan warga nahdliyyin di Trenggalek.

Akhir Hayat dan Warisan Keilmuan

Kiai Zainal Fanani Hasyim wafat pada Januari 2007, meninggalkan jejak perjuangan yang begitu luas dalam bidang pendidikan, dakwah, dan organisasi keislaman. Pesantren yang beliau dirikan, Pondok Pesantren Al-Falah Kedunglurah, kini terus berkembang dan menjadi bagian dari jaringan penting pesantren Al-Falah Ploso di wilayah Trenggalek.

Warisan keilmuan, keteladanan akhlak, serta perjuangan beliau dalam menanamkan nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jama’ah terus hidup dan diteruskan oleh para putra-putri beliau serta para santri yang telah beliau bina.
________
.
Share:

Rabu, 01 Januari 2025

Profil Pondok Pesantren Al-Falah Kedunglurah, Trenggalek


Sejarah dan Pendirian

Pondok Pesantren Al-Falah Kedunglurah didirikan pada tahun 1986 oleh almaghfurlah Romo K.H. Zainal Fanani Hasyim, seorang ulama kharismatik yang berdedikasi tinggi terhadap dakwah Islam dan pendidikan santri. Setelah wafatnya beliau, estafet kepemimpinan pesantren dilanjutkan oleh putra-putra beliau, yaitu:
  1. K.H. Muh. Izuddin Zakki, S.Th.I., M.Sy (sebagai Pengasuh Utama)
  2. K.H. Miftahudin (fokus pada Majelis Taklim dan pembinaan keilmuan masyarakat)
  3. Agus Muh. Fuad Zen, M.Pd. (memimpin unit pendidikan MTs Qur’an Nurul Falah)

Lokasi Pesantren

Pesantren ini terletak di Jalan Raya Kedunglurah, RT. 15 RW. 05, Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, menjadikannya mudah dijangkau oleh masyarakat sekitar dan luar daerah.

Baca Juga : Profil K.H. Zainal Fanani Hasyim (Pendiri Ponpes Al-Falah Kedunglurah)

Unit Pendidikan di Bawah Yayasan Ponpes Al-Falah

Pondok Pesantren Al-Falah menaungi beberapa lembaga pendidikan formal dan non-formal, antara lain:
  1. Madrasah Diniyah Riyadlotul Uqul (MISRIU)
  2. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Qur’an Nurul Falah
  3. Madrasah Aliyah (MA) Nurul Falah
  4. Pondok Pesantren Al-Falah sebagai induk seluruh kegiatan pendidikan dan pembinaan keagamaan

Kepemimpinan dan Pembinaan

  1. MTs Qur’an Nurul Falah dipimpin oleh: Agus Muh. Fuad Zen, M.Pd.
  2. MA Nurul Falah dipimpin oleh: K.H. Muh. Izuddin Zakki, S.Th.I., M.Sy., yang juga bertindak sebagai Pengasuh Pondok Pesantren
  3. K.H. Miftahudin berperan dalam pembinaan masyarakat melalui Majelis Taklim

Program Unggulan Pendidikan

Program Unggulan MA & MTs Qur’an Nurul Falah

  1. Tahfidzul Qur'an
  2. Pengajian Kitab Kuning
  3. Muhadloroh (latihan pidato dan public speaking)
  4. Tahlil dan Dzikrul Ghofilin
  5. Conversation Bahasa Arab dan Inggris

Program Unggulan Khusus MA Nurul Falah

  1. Keterampilan Multimedia dan Desain Komunikasi Visual (DKV)
  2. Video Shooting
  3. Fotografi
  4. Editing Video dan Foto

Kegiatan Harian Santri Mukim (MA & MTs)

Santri mukim di Pondok Pesantren Al-Falah menjalani kegiatan terstruktur dan disiplin, yang meliputi:
  1. Jamaah Shalat Shubuh
  2. Fasholatan
  3. Ngaji Qur'an, Kitab Kuning, dan Nahwu
  4. Sekolah Formal (MTs & MA)
  5. Program Tahfidzul Qur’an (bagian dari kurikulum resmi)
  6. Sholat Dhuha saat istirahat sekolah
  7. Jamaah Shalat Dzuhur
  8. Madrasah Diniyah
  9. Jamaah Shalat Ashar
  10. Ngaji Kitab Fathul Qorib
  11. Membaca Surah Al-Waqiah bersama
  12. Jamaah Shalat Maghrib
  13. Ngaji Kitab Tafsir Jalalain dan Al-Qur’an
  14. Jamaah Shalat Isya'
  15. Ngaji Kitab Kuning malam hari
  16. Syawir (belajar kelompok/saling tukar ilmu antar santri)


Penutup

Pondok Pesantren Al-Falah Kedunglurah merupakan lembaga pendidikan Islam yang mengintegrasikan pendidikan formal dan non-formal, dengan tetap menekankan nilai-nilai keilmuan salafiyah, akhlakul karimah, serta penguatan keterampilan modern. Pesantren ini menjadi pusat pendidikan dan pembinaan akhlak bagi generasi muda Islam di wilayah Trenggalek dan sekitarnya.

.
Share:

"Kebutuhan manusia terhadap ilmu jauh lebih besar daripada kebutuhannya terhadap makan dan minum karena makanan dan minuman hanya dibutuhkan sekali atau dua kali saja dalam sehari, sedang ilmu, dibutuhkan dalam setiap embusan napas"

"Tahapan pertama dalam mencari ilmu adalah mendengarkan, kemudian diam dan menyimak dengan penuh perhatian, lalu menjaganya, lalu mengamalkannya dan kemudian menyebarkannya." - Sufyan bin Uyainah

Informasi PPDB Tahun 2025

Informasi Penerimaan Calon Peserta Didik Baru YPP Al-Falah Tahun 2025

INFORMASI Penerimaan Calon Peserta Didik Baru Tahun Ajaran 2025/2026 Assalamu’alaikum Wr. Wb. Yayasan Pondok Pesantren AL-FALAH Kedunglurah ...

Terjemahkan

Kajian Kitab Kuning

Maqalah Imam Syafi'i

"Orang yang pandai akan bertanya tentang apa yang ia ketahui dan tidak ia ketahui. Dengan menanyakan apa yang ia ketahui, maka ia akan semakin mantap, dan dengan menanyakan apa yang belum ia ketahui, maka ia akan menjadi tahu. Sementara orang bodoh itu meluapkan kemarahannya karena sulitnya ia belajar, dan ia tidak menyukai pelajaran."