Rabu, 15 Januari 2025

Profil K.H. Zainal Fanani Hasyim | Pendiri Ponpes Al-Falah Kedunglurah, Trenggalek


Kiai Fanani
, demikian beliau akrab disapa, merupakan sosok ulama kharismatik yang menjadi rujukan utama bagi berbagai kalangan masyarakat di Trenggalek. Kealiman dan kebijaksanaan yang beliau miliki, ditambah dengan wibawa dan kharisma yang kuat, menjadikan beliau tempat bertanya dan berkonsultasi, tidak hanya oleh masyarakat awam, tetapi juga oleh kalangan birokrat, tokoh politik, dan pejabat daerah.

Nama Kiai Fanani juga sangat dikenal karena kepiawaiannya dalam berdakwah. Dengan suara bariton yang khas, beliau kerap diundang untuk mengisi ceramah-ceramah dan pengajian umum, terutama pada momen-momen hari besar Islam. Gaya ceramah beliau yang mendalam namun tetap komunikatif menjadikan banyak orang merasa dekat secara spiritual dan emosional.

Nasab dan Latar Belakang Pendidikan

Kiai Fanani merupakan putra dari Hasyim bin Abdullah bin Abdul Qahar bin Nuryo Kromo bin Wusul. Sejak muda, beliau menempuh pendidikan agama dengan penuh kesungguhan. Setelah mengaji di Pondok Pesantren Ngadirejo, beliau melanjutkan pendidikannya ke Pondok Pesantren Al-Falah Ploso, Kediri — sebuah pesantren besar yang terkenal sebagai pusat ilmu keislaman Ahlussunnah wal Jama’ah di Jawa Timur.

Untuk pendidikan formal, beliau menyelesaikan pendidikan di PGA (Pendidikan Guru Agama). Kombinasi antara pendidikan pesantren dan pendidikan formal ini membentuk kapasitas keilmuan Kiai Fanani yang luas dan mendalam.

Peran dalam Dunia Pendidikan dan Organisasi

Pada tahun 1986, Kiai Fanani mendirikan Pondok Pesantren Al-Falah Kedunglurah, yang kemudian menjadi pusat pendidikan Islam dan pembinaan moral generasi muda. Melalui sistem ngaji dampar (ngaji tradisional di hadapan kiai), beliau menyampaikan berbagai disiplin ilmu agama dengan penuh ketekunan.

Selain mengasuh pesantren, Kiai Fanani juga berperan sebagai dosen di UNSURI (Universitas Sunan Giri, kini STIT Sunan Giri Trenggalek) sejak awal pendiriannya. Peran beliau dalam dunia akademik ini menunjukkan kepeduliannya terhadap peningkatan kualitas pendidikan Islam secara formal.

Dalam organisasi Nahdlatul Ulama, Kiai Fanani pernah menjabat sebagai Wakil Rais Syuriah PCNU Trenggalek selama dua periode, menunjukkan kepercayaan dan penghormatan warga NU terhadap kapasitas kepemimpinan beliau.

Pada masa awal reformasi, saat pembentukan Dewan Pimpinan Cabang Partai Kebangkitan Bangsa (DPC PKB) Trenggalek, beliau turut terlibat aktif sebagai anggota Tim 5, sebuah tim inisiasi penting dalam sejarah perpolitikan warga nahdliyyin di Trenggalek.

Akhir Hayat dan Warisan Keilmuan

Kiai Zainal Fanani Hasyim wafat pada Januari 2007, meninggalkan jejak perjuangan yang begitu luas dalam bidang pendidikan, dakwah, dan organisasi keislaman. Pesantren yang beliau dirikan, Pondok Pesantren Al-Falah Kedunglurah, kini terus berkembang dan menjadi bagian dari jaringan penting pesantren Al-Falah Ploso di wilayah Trenggalek.

Warisan keilmuan, keteladanan akhlak, serta perjuangan beliau dalam menanamkan nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jama’ah terus hidup dan diteruskan oleh para putra-putri beliau serta para santri yang telah beliau bina.
________
.
Share:

"Kebutuhan manusia terhadap ilmu jauh lebih besar daripada kebutuhannya terhadap makan dan minum karena makanan dan minuman hanya dibutuhkan sekali atau dua kali saja dalam sehari, sedang ilmu, dibutuhkan dalam setiap embusan napas"

"Tahapan pertama dalam mencari ilmu adalah mendengarkan, kemudian diam dan menyimak dengan penuh perhatian, lalu menjaganya, lalu mengamalkannya dan kemudian menyebarkannya." - Sufyan bin Uyainah

Informasi PPDB Tahun 2025

Informasi Penerimaan Calon Peserta Didik Baru YPP Al-Falah Tahun 2025

INFORMASI Penerimaan Calon Peserta Didik Baru Tahun Ajaran 2025/2026 Assalamu’alaikum Wr. Wb. Yayasan Pondok Pesantren AL-FALAH Kedunglurah ...

Terjemahkan

Kajian Kitab Kuning

Maqalah Imam Syafi'i

"Orang yang pandai akan bertanya tentang apa yang ia ketahui dan tidak ia ketahui. Dengan menanyakan apa yang ia ketahui, maka ia akan semakin mantap, dan dengan menanyakan apa yang belum ia ketahui, maka ia akan menjadi tahu. Sementara orang bodoh itu meluapkan kemarahannya karena sulitnya ia belajar, dan ia tidak menyukai pelajaran."